Kriiingggg... bel tanda masuk kelas telah berbunyi, beberapa gerombolan anak-anak yang sedang duduk bersama mulai berlarian memasuki kelasnya masing-masing. Terlihat dari kejauhan, sosok seorang gadis dengan rambut panjang yang terurai berjalan di koridor kelas diselingi langkah agak dipercepat sambil menggerutu kecil “duh.. telat lagi nih gue!!”, “mana PR gue belum dikerjain, alamat dimarah lagi nih sama bu santi” dengan wajah agak pucat sambil mengacak2 isi didalam tasnya. Bruuukkkk... Prrraaanggggg.... tiba-tiba baju sang gadis ditumpahi cairan hitam kecap manis, cairan tersebut juga membasahi bagian sekujur tangan sang gadis yang begitu kontras dengan warna kulitnya yang putih lembut. “yaa ampunn non Dira... maapin bapak yaah..” teriak seorang bapak-bapak berperawakan agak sedikit tua, itu terlihat dari kerutan-kerutan dikulit tangannya yang mulai termakan usia. “yaaaahh pak Dimaaan!!! Tangan Dira jadi kotor nih..”, “duuhh non, maap.. pak diman ga sengaja” sambil membereskan botol kecap yang tergeletak di lantai. Lalu berdiri dan berusaha membersihkan tangan sang gadis. “non juga sihh jalannya ga liat kiri kanan lagi”.
“duileh pak Diman, emangnya Dira mau nyebrang jalan pake liat kiri kanan dulu? Yaudahlah Dira udah telaaat pak..” sang gadis berlalu dengan rasa agak sedikit kesal.
“ckckck non Dira dari dulu ga pernah berubah, selalu aja telat.. yaah nasibnya jadi anak orang kaya, mama papanya sibuk ngurusin kerjaan diluar kota, dianya tinggal sama pembantu, mana anak satu-satunya pula.. hahaa non Dira... non Dira..” gumam bapak tua si penjaga kantin sekolah.
“Anak-anak, keluarkan tugas yang ibu berikan kemarin. Kita bahas sama-sama.” Ucap Bu Santi sang guru kimia. Ibu Santi bukanlah tipe guru killer seperti kebanyakan guru kimia pada umumnya, dia adalah salah seorang guru yang berparas cukup cantik, dan tutur katanya sangat lemah lembut. Akan tetapi, ia tidak pernah mentolerir siswanya yang tidak mengerjakan tugas ataupun yang melanggar peraturannya.
“Dira, kamu kerjakan tugas nomor 1!.” Perintahnya kepada Dira. “Bb bbaik bu..” saut Dira dengan terbata-bata. “kamu kenapa? Tidak mengerjakan tugas yang ibu kasih kemarin?” tekan bu santi dengan nada agak mengeras. “maap bu, semalam Dira ketiduran. Tadi malam Dira nginap di..” belum sempat Dira menyelesaikan penjelasannya, bu Santi langsung menunjuk pintu keluar.
“silahkan berdiri di depan kelas!” tanpa pembelaan sedikitpun Dira pun beranjak dari kursinya menuju keluar kelas. Terdengar sorak sorai para siswa lain mengguyon Dira dengan kata “Wuuuuuuu” dan di iringi gelak tawa. Plaaakkk.. sebuah mistar kayu di hempaskan ke meja, “yang lain harap tenang, ibu tidak akan mentolerir kesalahan sedikitpun!” lalu seisi kelas yang tadinya riuh menjadi sunyi. “baiklah, mari kita lanjutkan”. Kegiatan belajar mengajarpun lalu dilanjutkan.
Sementara itu, dikoridor depan kelas terlihat Dira sedang kesal karena dihukum tidak boleh mengikuti pelajaran sampai jam istirahat, untuk mengusir rasa sepi Dirapun menendang-nendang sepatu yang ada didepannya. Tanpa sengaja, sepatu yang ia tendang mengarah ke seorang cowok yang baru pertama kali ia lihat disekolah itu. Bukannya marah, si cowok yang terlihat tampan dengan rambut yg sedikit ikal itu hanya membalasnya dengan senyum kecil, bibirnya yg tipis dan hiasan lesung pipitnya yang begitu dalam membuat Dira terdiam beribu bahasa.
“aaannuuu...”, niat Dira ingin meminta maap pun sirna, si cowok misterius itu berlalu begitu saja meninggalkan dirinya.
Bel istirahat berbunyi, pun juga sebagai tanda berakhirnya masa hukuman Dira.
“ffffyuuuuh... anjirrrr, dua jam gue berdiri didepan kelas, capek banget” gumam Dira seraya menggerak-gerakkan kertas yang sedang dipegangnya agar mendapat hembusan angin yang cukup banyak. “hahahaa elo juga sih, udah tau bu santi kayak gitu orangnya”. Terdengar suara dari arah belakang kursi yang diduduki Dira. “haaa elu do, bisanya Cuma ngeledekin gue, bantuin gue apa gimana gitu kek!”. Balas Dira dengan agak kesal. “gue angkat tangan deh ra, kalo urusan sama bu santi.”,”oiyah, loe pasti udah laper banget kan? Kekantin yuk.. bareng gue, ntar gue traktir”. “naaah, yg kayak gini nih gue demen.” Saut Dira dengan semangat.
“Do, besok kayaknya gue ga masuk sekolah deh.. gue mau nyusul nyokap ke bandung dulu.”, “berapa hari loe ga masuk ra?”, “yaa lusa gue udah masuk laah, jakarta – bandung kan deket. Lagian besok kamis, lusakan jum’at. Gue mau latihan basket.”. “hahahaa iyah, loe udah ditungguin ring basket tuh, udah lama ga loe sentuh.”..
Pukul 06.00. Kriiinggggg... handphone Dira berbunyi, “Duuuh siape lagi nihh pagi-pagi udah gangguin. Ga tau ape nih orang lagi ribet mau dandan. Pesawat gue jam delapan, gue jam segini baru selesai mandi, anjiiirr..” tanpa mengindahkan suara handphone yg berdering berkali-kali.
Jam sudah menunjukkan pukul 07.00 Dira segera bergegas menuju mobil taksi yang sudah dari tadi menunggunya. Ketika membuka pintu rumah, betapa kagetnya ia ketika melihat aldo yang sudah menunggunya. “laah elo ngapain kesini do?”,”gue udah dari jam 6 tadi nelponin elo ra,ga elo angkat-angkat.”. “hahaha yaampun do, gue lagi buru-buru” sambil mengabaikan aldo menuju taksi.
“diraa.. tunggu!!” aldo membuka pintu mobilnya dan mengeluarkan boneka Teddy bear yang lumayan besar. “nihh buat elo peluk-peluk dijalan”. “ampun do.. kayak gue mau pergi kemana aja pake dikasih hadiah segala.. lusa juga gue udah nyampe sini lagi”. “ga apa-apa ra, sekalian gue mau ngasih ini” sambil menyodorkan sepucuk surat. “apaan nih? Pake surat-surat segala? Jadul banget lu!!” sambil menerima boneka dan surat dari Aldo. “yaudah ya do, gue berangkat dulu.. takut ketinggalan pesawat. Bye..”. Dira pun masuk ke taksi berwarna biru dan tanpa basa-basi lagi langsung pergi meninggalkan Aldo yang terlihat masih termenung di dekat pagar rumah Dira. “duuh ini aldo ngapain sih?” sambil membuka surat yang di berikan oleh Aldo.
“Dira... aku sayang kamu.”
Sejenak Dira tertegun.. menangis, lalu tersenyum.
Bersambung...
